Kaesang Tegas akan Menghukum Kadernya yang Mencela Partai Lain / Foto: Ist
Mediarakyat.online, – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menegaskan akan menghukum kadernya yang mencela partai lain.
Permintaan maaf ini disampaikan secara langsung kepada Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, karena PSI yang disebut-sebut melakukan pencelaan terhadap PDIP di Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis, 5 Oktober.
Kaesang menyadari partainya untuk menghadirkan sikap yang lebih santun dan membangun dalam berpolitik.
“Pentingnya menjaga hubungan yang baik antara partai politik di Indonesia, sehingga dapat mencapai tujuan bersama dalam membangun negara yang lebih baik,” ujar Kaesang.
Setelah permintaan maafnya kepada Puan Maharani, Kaesang Pangarep bertemu dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau lebih dikenal sebagai Gus Yahya.
Dalam pertemuan tersebut, Kaesang memohon nasihat mengenai cara berpolitik yang santun.
“Dalam banyak negara, termasuk Indonesia, etika politik sering kali menjadi perhatian karena adanya pertarungan ideologi dan kepentingan yang kadang-kadang mengabaikan norma dan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi,” terangnya.
Ia juga menjelaskan dengan mencari pandangan dan nasihat dari Gus Yahya, seorang tokoh agama dan sosial yang memiliki pengaruh besar di kalangan Nahdlatul Ulama, Kaesang mencoba memperoleh pemahaman tentang etika politik yang lebih baik.
“Penting bagi semua politisi untuk berupaya mempraktikkan sikap dan perilaku politik yang santun, bermoral, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kerjasama, tetapi juga berkontribusi pada terbentuknya iklim politik yang lebih sehat dan teguh,” ungkapnya.
Puan Maharani menyambut baik apa yang diungkapkan Kaesang tentang pentingnya politik yang dibangun berdasarkan etika.
Puan menekankan bahwa dalam politik, perbedaan kepentingan dan kebijakan adalah hal yang wajar.
“Perlunya membangun Indonesia melalui politik yang beretika, santun, dan saling menghargai. Ini mencerminkan pentingnya sikap saling menghormati dan memahami dalam setiap interaksi politik,” ujar Puan.
Dengan membangun politik yang berbasis etika, para pemimpin politik dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, harmonis, dan produktif untuk mewujudkan kepentingan rakyat secara adil dan berkelanjutan.
“Dalam konteks politik, perbedaan pendapat dan perspektif adalah hal yang alami. Namun, dengan menjunjung tinggi etika politik yang santun, para pemimpin dapat mencapai kesepakatan yang lebih baik, mencegah konflik yang berkepanjangan, dan fokus pada solusi yang membangun. Ini merupakan langkah penting dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia,” pesan Puan.
“Semoga semangat untuk membangun politik yang beretika dan saling menghargai terus diperjuangkan oleh para pemimpin politik di Indonesia,” harapnya. (Bd20)
Editor: Warsono