Oleh Irlan Ismail | Ketua Kujang Metal Kota Bogor | Ketua Bapilu Gelora Kota Bogor
MEDIARAKYAT.Online– Arah Baru Sistem Pendidikan sebagai Tulang Punggung Super Power Baru Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Namun, untuk menjadi negara super power baru di dunia, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Salah satu faktor kunci yang menentukan kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang berguna bagi individu dan masyarakat.
Pendidikan memainkan peran kunci dalam pembangunan suatu negara. Di Indonesia, sistem pendidikan memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung dalam mendorong negara ini menuju status superpower baru di tingkat global.
Lantas? bagaimana sistem pendidikan yang kuat dan berkualitas dapat menjadi fondasi bagi Indonesia dalam mencapai masa depan yang gemilang?.
Pada kenyataannya, sistem pendidikan di Indonesia masih belum optimal dalam menciptakan generasi yang berkualitas, berdaya saing, dan berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. Berdasarkan data Databooks 2022, Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi di Asia Tenggara pada 2020, pendidikan orang Indonesia berumur 19-23 yang aktif di perguruan tinggi hanya mencapai 36,31 persen.
Angka ini jauh di bawah Singapura (90 persen), Malaysia (43 persen), dan Thailand (49,29 persen). Selain itu, berdasarkan hasil Ujian Nasional tahun 2019, rata-rata nilai UN siswa SMA/SMK di Indonesia adalah 54,67 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 52,76 untuk mata pelajaran Matematika, 53,69 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, dan 55,06 untuk mata pelajaran IPA. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai UN siswa SMA/SMK di negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berada di posisi bawah.
Selain masalah kuantitas dan kualitas pendidikan, Indonesia juga menghadapi masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak sebagai penerus bangsa. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2020, prevalensi stunting atau kekerdilan akibat kurang gizi kronis pada anak usia di bawah lima tahun di Indonesia mencapai 27,67 persen.
Angka ini masih di atas standar WHO yang menetapkan batas maksimal stunting sebesar 20 persen. Stunting dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental pada anak-anak, sehingga mengurangi produktivitas dan daya saing mereka di masa depan.
Oleh karena itu, diperlukan perubahan total atau revolusi sistem pendidikan di Indonesia yang dapat menjadi tulang punggung atau backbone bagi kemajuan bangsa. Seperti yang dikatakan Ketum Partai Gelora Indonesia Anis Matta bahwa Kalau kita mau menjadi negara super power mesti ada drive sumber nasionalisme baru bagi Indonesia. Karena yang kita tatap ini adalah masa depan kita, tahapan sejarah kita ke depan. Kita harus membuat satu penyesuaian tentang sistem pendidikan kita yang bisa menjadi fondasi ke arah itu.
Menurut Anis Matta, penyesuaian terhadap sistem pendidikan itu, harus dilakukan melalui perubahan total atau revolusi sistem pendidikan di Indonesia, termasuk mencakup penyelesaian masalah kesehatan dalam jangka panjang seperti stunting. “Ada sepertiga dari populasi kita yang lahir stunting, ini akan membuat negara dan masyarakat terus terbebani karena akan menjadi generasi yang tidak produktif. Sehingga kita bayangkan betapa tidak seimbangnya masyarakat kita,” katanya.
Arah Baru Sistem Pendidikan sebagai Tulang Punggung Super Power Baru Indonesia
Hemat saya, urgensi untuk melakukan Revolusi di system Pendidikan kita sangat tinggi sekali. Revolusi sistem pendidikan ini harus meliputi beberapa aspek penting, antara lain: